Episode: “SYUKUR”
Seorang pengembara
berjalan dengan tertatih-tatih, sampai di sebuah desa ia bertemu seseorang yang
terlihat sedih. Pengembara tersebut bertanya:
“Wahai
saudaraku, kenapa kau telihat sedih ?”
“Aku merasa
bahwa Allah tidak bersikap adil terhadapku....”
“Kenapa kau
merasa demikian...?”
“Karena aku terlahir dalam keadaan cacat,
sementara orang lain dapat berjalan... itu sungguh tidak adil......”
“Lalu apa yng
kau inginkan “
“Aku ingin bisa
berjalan seperti orang lain”
“Seandainnya
kelak kau bisa berjalan... apa yang akan kau lakukan ?”
“Maka aku akan sangat
bersyukur.”
“kalau begitu
kau harus mulai belajar bersyukur sebelum keinginanmu itu terkabul.”
“Bagaimana
caranya ??”
“Apa pekerjaanmu
?”
“Aku bekerja
sebagai pelukis.”
“Nah mulai
sekarang.... setiap kamu dapat satu nikmat, kamu harus bersyukur satu kali. Agar
kamu mendapatkan banyak kenikmatan. Semakin seorang hamba brsyukur maka semakin
banyak pula nikmat yang ia terima. Bagaimana, sanggup...?”
“Ya.... aku
sanggup. Tapi darimana aku tahu kalau itu adalah nikmat bagiku...?”
“Setiap
pemberian Allah yang baik bagimu, anggaplah itu nikmat.”
“Baik....”
Beberapa hari
kemudian si pengembara bertemu pria itu lagi, namun ia tetap terlihat sedih. Si
pengembarapun bertanya:
“Bagaimana
keadaanmu hari ini, wahai saudaraku ?”
“Keadaanku masih
seperti biasa. Aku masih tetap tidak bisa berjalan, padahal aku sudah banyak
bersyukur. Bukankah kau berkata Semakin seorang hamba brsyukur maka semakin
banyak pula nikmat yang ia terima”
“Memangnya kau
bersyukur pada saat yang bagaimana ?”
“Saat aku
makan, saat aku punya uang, saat aku mampu membeli pakaian, saat orang menyukai
dan membeli lukisanku aku selalu bersyukur.”
“Adakah selain
itu ?”
“Setahuku tidak
ada lagi, karena hanya nikmat itu yang aku rasakan...”
“Bagaimana
dengan sehatnya badanmu, nyanyaknya tidurmu, lapangnya nafasmu tanpa sesak,
jernihnya pandanganmu tanpa terlihat kabur, pendengaranmu, kemampuanmu untuk
berkata-kata tanpa kaku, orang di sekitarmu yang selalu memberimu semangat
hidup tanpa ada yang memusuhimu, hidupmu yang damai dan tenang, apakah semua
itu sudah kau syukuri ?”
Pria itupun
terdiam, ia baru sadar kalau sudah banyak nikmat yang ia dapatkan.
“Wahai
saudaraku, Allah tidak memberikan apa yang hamba-Nya inginkan, tapi Tuhan
memberikan apa yang diperlukan oleh hamba-Nya. Selama ini kita selalu merasa
sedih terhadap satu kekurangan yang kita miliki namun kita melupakan banyaknya
kelebihan yang kita miliki. Kita selalu merasa bahwa Allah tidak adil karena
memberi nikmat yang kurang tapi kita lupa seberapa besar rasa syukur kita atas
nikmat yang belum kita sadari. Sebenarnya Allah yang tidak adil, atau kitakah
yang kurang bersyukur......?”
“Ya Allah....
sungguh aku keliru selama ini, aku hanya bisa menyesali kekuranganku tanpa bisa
menyukuri banyaknya nikmat-Mu. Mulai hari ini aku tidak akan menyesali
keadaanku, terima kasih ya Allah atas semua nikmat-Mu.... dan ampunilah aku,
atas kurangnya syukur dalam hidupku.”